Nyonya Meneer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Nyonya Meneer dinyatakan pailit oleh pengadilan.
Perusahaan jamu yang telah berdiri sejak 1919 itu memiliki utang sampai Rp 89 miliar.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro memaparkan, bangkrutnya Nyonya Meneer akibat persaingan dengan perusahaan lain.
Menurut Bambang, ada merek jamu yang mampu mengikuti tren masyarakat sesuai perkembangan zaman.
"Soal jamu, kita lihat ada merek lain yang saya sebut bisa melakukan adjustment dengan baik, keuntungan dan omzet pun meningkat," ujar Bambang di Kantor Bappenas, Jakarta, Jumat (4/8/2017).
Bambang tidak ingin menjustifikasi adanya masalah manajemen Nyonya Meneer atau masalah pasar jamu saat ini.
Namun, dalam dunia usaha, kata Bambang, semua perusahaan bisa gulung tikar jika tidak mampu mengikuti keinginan pasar.
"Perusahaan datang dan pergi, hanya perusahaan yang punya daya saing baik yang bisa menjaga kemampuan melihat peluang usaha yang akan bisa bertahan," kata Bambang.
Mantan Menteri Keuangan itu memaparkan, fenomena perusahaan lama pailit itu adalah hal yang biasa terjadi.
Banyak pengusaha di negara seperti Amerika Serikat (AS), kata Bambang, juga bisa bangkrut jika tidak mampu berinovasi.
"Di negara maju seperti AS pun, banyak perusahan besar tidak berdaya menghadapi gejala perubahan yang luar biasa, dan kemudian (perusahaan baru) menggantikan peran mereka," ujar Bambang.
Perusahaan jamu yang telah berdiri sejak 1919 itu memiliki utang sampai Rp 89 miliar.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro memaparkan, bangkrutnya Nyonya Meneer akibat persaingan dengan perusahaan lain.
Menurut Bambang, ada merek jamu yang mampu mengikuti tren masyarakat sesuai perkembangan zaman.
"Soal jamu, kita lihat ada merek lain yang saya sebut bisa melakukan adjustment dengan baik, keuntungan dan omzet pun meningkat," ujar Bambang di Kantor Bappenas, Jakarta, Jumat (4/8/2017).
Bambang tidak ingin menjustifikasi adanya masalah manajemen Nyonya Meneer atau masalah pasar jamu saat ini.
Namun, dalam dunia usaha, kata Bambang, semua perusahaan bisa gulung tikar jika tidak mampu mengikuti keinginan pasar.
"Perusahaan datang dan pergi, hanya perusahaan yang punya daya saing baik yang bisa menjaga kemampuan melihat peluang usaha yang akan bisa bertahan," kata Bambang.
Mantan Menteri Keuangan itu memaparkan, fenomena perusahaan lama pailit itu adalah hal yang biasa terjadi.
Banyak pengusaha di negara seperti Amerika Serikat (AS), kata Bambang, juga bisa bangkrut jika tidak mampu berinovasi.
"Di negara maju seperti AS pun, banyak perusahan besar tidak berdaya menghadapi gejala perubahan yang luar biasa, dan kemudian (perusahaan baru) menggantikan peran mereka," ujar Bambang.