TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Meskipun kawasan lokalisasi Dolly telah ditutup oleh Pemkot Surabaya sejak 2014 lalu, namun bukan berarti kehidupan malam berhenti begitu saja.
Sebab, praktik prostitusi di Surabaya nyatanya masih ada.
Itu terbukti dari sejumlah razia yang digelar oleh Satpol PP, yang menangkap sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) yang ada di Surabaya.
Dalam beberapa razia tersebut, Satpol PP Kota Surabaya mengamankan sejumlah wanita yang menjadi PSK.
Mereka ditangkap di sejumlah titik yang ada di Kota Surabaya.
Misalnya, seperti yang baru digelar Selasa (25/7/2017) malam lalu.
Seorang wanita yang menjadi kupu-kupu malam bernama WGY alias Lin (38) ditangkap anggota Tim Asuhan Rembulan Malam I di Makam Kembang Kuning, Surabaya dalam razia tersebut.
Saat ditangkap Satpol PP dia sedang mengandung anaknya yang keempat.
"Tiga anak saya yang lain berada di rumah, dua orang sudah menginjak kelas XIII dan X SMA, satunya masih kecil umur tiga tahun," katanya dikatakannya kepada TribunJatim.com usai pendataan di kantor Satpol PP Pemkot Surabaya, Selasa (25/7/2017) malam.
Iin menitipkan anak ketiganya pada kedua kakaknya yang tinggal di kostnya yakni di sekitar Jalan Banyu Urip saat sedang bekerja malam hari hingga nanti dirinya pulang waktu subuh.
Saat ditanya mengapa dirinya bekerja sebagai kupu-kupu malam, Iin hanya tersenyum tenang lalu menjawab jika untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya.
"Untuk memenuhi kebutuhan hidup keempat anak saya. Biaya sekolah semesteran si sulung dan nomer dua yang sudah SMA, susu dan popok yang masih kecil dan susu buat yang masih enam bulan dalam kandungan ini," jawabnya lagi-lagi ditutup dengan senyuman.
Iin terpaksa menjadi tulang punggung keluarga dengan menjajakan dirinya sebagai pekerja seks komersial (PSK) akibat suaminya tiba-tiba menceraikan dan meninggalkannya saat Iin mengandung anak ketiga.
"Ya itu, semenjak suami saya punya wanita idaman lain (WIL) dan tiba-tiba menceraikan saya lalu pergi bersama kekasih barunya, dasar lelaki brengsek," ucap Iin yang awalnya tenang tiba-tiba berubah emosinya memuncak.
Setelah ditinggal suami, Iin sempat depresi dan ingin bunuh diri dengan menyayat kedua tangannya menggunakan silet berkali-kali namun usahanya seringkali gagal karena dirinya selalu ingat anak-anaknya.
"Ini, sudah berapa kali saya mau mati, tapi selalu gagal karena saat saya silet tangan saya tiba-tiba terbayang anak-anaknya yang memanggil saya," tuturnya sambil memerlihatkan luka bekas sayatan di kedua tangannya.
Sesaat setelah mereda emosi Iin, TribunJatim.com menanyakan lagi soal tarif yang dipatoknya dalam bekerja.
"Kalau itu sih saya cuma mematok harga Rp 40 ribu untuk sekali main di tempat dan itu pun masih ditawar, kadang dapet dua sampai tiga pelanggan semalam, enggak tentu kok, yaa saya syukuri aja," pungkasnya.
Selanjutnya saat ditanya, apakah anak keempat merupakan anak dari suaminya, Iin cuma terkekeh manja.
"Mungkin kebobolan kali ya saat melayani pelanggan," jawabnya singkat kemudian terkekeh.