Siang sekitar pukul 14.30 sy bersama keluarga (4 mobil) bergerak dari arah jakarta ke puncak.
Sy mengendarai mobil innova putih bersama istri dan anak2 saya (11thn, 8thn, 3thn) seorang ponakan (6thn) dan seorang ART.
Dalam kemacetan menuju arah puncak ada sebuah mobil alphard hitam berplat B, menyusul saya dikawal oleh seorang forerider polantas bernomor kendaraam BM 11. Setelah berlalu beberapa saat, sy melihat mobil2 bergerak kearah bahu jalan di kiri seakan ada mobil yg mogok di jalur saya.
Sy pun mengikuti kendaraan lain melipir kebahu jalan dan melihat ternyata forerider yg tadi menyusul saya, tengah berhenti di tengah jalan, sehingga menghalangi kendaraan lain dibelakangnya..
Setelah sy melewati polisi tersebut, sy memotret kondisi lalu lintas yang menjadi semakin macet karena ulah forerider itu dengan menggunakan kamera handphone sy.
Kemudian saat polisi tsb mengetahui sy melakukan pemotretan, dia memotret balik kendaraan saya dengan HP-nya kemudian menghampiri kendaraan saya dan mengetuk kaca mobil.
Kemudian saat polisi tsb mengetahui sy melakukan pemotretan, dia memotret balik kendaraan saya dengan HP-nya kemudian menghampiri kendaraan saya dan mengetuk kaca mobil.
Sy pun menurunkan kaca mobil dan terjadi pembicaraan sbb:
(P=polisi, S=saya, I=istri)
P: “mengapa anda tadi memotret saya? Tidak boleh memotret tanpa ijin.”
S: “Sy memotret kondisi jalan raya, sy tidak khusus memotret anda”.
P: “Sy mau lihat SIM dan STNK!” (Nada nya mulai tinggi).
S: “Untuk apa ya pak? Apa kesalahan saya sehingga bapak mau lihat SIM & STNK?”
P: “Anda harusnya tidak memotret saya tanpa ijin!”
S: “Baik, kalau begitu saya minta disebutkan sy melanggar perundangan apa, pasal berapa?”
P: “Daripada saya kempeskan ban mobil anda!” (Nada-nya semakin tinggi)
S: “Wah, kok jadi mengancam begitu? Sy hanya meminta disebutkan kesalahan saya melanggar pasal berapa?”
“Bunda!” (sy bicara pada istri sy disebelah sy) “rekam ini polisi yang mengancam2!”.
Kemudian polisi itu berteriak sangat keras, dengan ekspresi pemain sinetron terkenal didepan wajah saya..
P: “Mana SIM dan STNK!!!”
S: “Jelaskan dulu, apa kesalahan saya?”
Kemudian polisi itu menunjuk2 wajah saya dengan keras, sehingga melukai mulut saya dengan kuku-nya sambil berkata kurang lebih sebagai berikut:
P: “Sudah pintar kamu ya, pintar!”
Istri saya kemudian berkata kepada polisi tsb:
I: “Pak, jangan kasar begitu, disini banyak anak2”.
(P=polisi, S=saya, I=istri)
P: “mengapa anda tadi memotret saya? Tidak boleh memotret tanpa ijin.”
S: “Sy memotret kondisi jalan raya, sy tidak khusus memotret anda”.
P: “Sy mau lihat SIM dan STNK!” (Nada nya mulai tinggi).
S: “Untuk apa ya pak? Apa kesalahan saya sehingga bapak mau lihat SIM & STNK?”
P: “Anda harusnya tidak memotret saya tanpa ijin!”
S: “Baik, kalau begitu saya minta disebutkan sy melanggar perundangan apa, pasal berapa?”
P: “Daripada saya kempeskan ban mobil anda!” (Nada-nya semakin tinggi)
S: “Wah, kok jadi mengancam begitu? Sy hanya meminta disebutkan kesalahan saya melanggar pasal berapa?”
“Bunda!” (sy bicara pada istri sy disebelah sy) “rekam ini polisi yang mengancam2!”.
Kemudian polisi itu berteriak sangat keras, dengan ekspresi pemain sinetron terkenal didepan wajah saya..
P: “Mana SIM dan STNK!!!”
S: “Jelaskan dulu, apa kesalahan saya?”
Kemudian polisi itu menunjuk2 wajah saya dengan keras, sehingga melukai mulut saya dengan kuku-nya sambil berkata kurang lebih sebagai berikut:
P: “Sudah pintar kamu ya, pintar!”
Istri saya kemudian berkata kepada polisi tsb:
I: “Pak, jangan kasar begitu, disini banyak anak2”.
Saya kemudian bermaksud keluar dari mobil, namun setelah pintu terbuka didorongnya pintu mobil saya oleh polisi tsb sehingga tertutup kembali dengan keras.
Dia masih membentak2 yang saya lupa apa yg dikatakan-nya, namun sepersekian detik kemudian bbrp anggota keluarga saya dari mobil lain mulai berdatangan.
Kakak ipar sy yg wanita mencoba melerai dengan menarik tangan polisi tsb dan bicara baik2, namun polisi itu mendorong-nya sehingga terjadi saling dorong antara polisi tsb dan keluarga yang bermaksud melerai. Sampai akhirnya sy bisa keluar dari mobil.
Merasa terkepung, polisi itu kemudian berkata: “kalau berani jangan keroyokan!”
Diapun bergegas menuju motor-nya sambil mendorong saya cukup keras dan hampir memicu keributan kembali.
Dia masih membentak2 yang saya lupa apa yg dikatakan-nya, namun sepersekian detik kemudian bbrp anggota keluarga saya dari mobil lain mulai berdatangan.
Kakak ipar sy yg wanita mencoba melerai dengan menarik tangan polisi tsb dan bicara baik2, namun polisi itu mendorong-nya sehingga terjadi saling dorong antara polisi tsb dan keluarga yang bermaksud melerai. Sampai akhirnya sy bisa keluar dari mobil.
Merasa terkepung, polisi itu kemudian berkata: “kalau berani jangan keroyokan!”
Diapun bergegas menuju motor-nya sambil mendorong saya cukup keras dan hampir memicu keributan kembali.
Dan kemudian dia pergi, kembali mengawal mobil alphard hitam berpelat B tsb.
Untuk saya pribadi, ini adalah bukti arogansi aparat sekelas polantas.
Sy tidak bisa bayangkan jika aparat dengan pangkat dan jabatan yg lebih tinggi(?)
Secara klise akan dikatakan mereka adalah “oknum”.
Tapi sepanjang pagi di perjalanan menuju puncak, para “oknum” ini banyak berlalu lalang mengawal moge2 atau mobil2 mewah yg menyewa mereka.
Moge2 itu bahkan diistimewakan dengan dikawal melawan arus saat lalu lintas padat.
Pertunjukan “money above the law” ini dengan lantang berkata:
Untuk saya pribadi, ini adalah bukti arogansi aparat sekelas polantas.
Sy tidak bisa bayangkan jika aparat dengan pangkat dan jabatan yg lebih tinggi(?)
Secara klise akan dikatakan mereka adalah “oknum”.
Tapi sepanjang pagi di perjalanan menuju puncak, para “oknum” ini banyak berlalu lalang mengawal moge2 atau mobil2 mewah yg menyewa mereka.
Moge2 itu bahkan diistimewakan dengan dikawal melawan arus saat lalu lintas padat.
Pertunjukan “money above the law” ini dengan lantang berkata:
“semua harus antri, KECUALI YANG MAMPU BAYAR FORERIDER”.
Yang ga mampu bayar MINGGIR!!
Yang ga mampu bayar MINGGIR!!
Sy dengan sengaja memotret kondisi lalu lintas yg menjadi semakin macet dengan berhenti-nya forerider di tengah jalan saat itu, namun respon polisi itu sangat tidak etis.
Polisi itu berlaku kasar, membentak, melukai dan mengancam. Dia berani melakukan-nya didepan keluarga saya dan didepan umum.
Maka dapat dibayangkan bagaimana perlakuan mereka pada seorang terduga pelanggar yg ada ditempat tertutup?
Polisi itu berlaku kasar, membentak, melukai dan mengancam. Dia berani melakukan-nya didepan keluarga saya dan didepan umum.
Maka dapat dibayangkan bagaimana perlakuan mereka pada seorang terduga pelanggar yg ada ditempat tertutup?
Mudah2an semua bisa ambil pelajaran dari apa yg saya dan keluarga saya alami hari ini.
Namun satu yang pasti, kepolisian RI telah sekali lagi menyakiti masyarakat tanpa sebab dan kembali kehilangan kepercayaan kami, masyarakat Indonesia, sebagai pemegang kedaulatan dan pembayar pajak di negeri ini..
Namun satu yang pasti, kepolisian RI telah sekali lagi menyakiti masyarakat tanpa sebab dan kembali kehilangan kepercayaan kami, masyarakat Indonesia, sebagai pemegang kedaulatan dan pembayar pajak di negeri ini..