Pada petengahan November 2016 mendatang, Bulan akan berada di titik terdekatnya dengan Bumi (atau disebut perigee). Bulan Purnama perigee yang juga mulai akrab disebut Supermoon tersebut merupakan perigee terdekat Bulan sejak 26 Januari 1948!
Tepatnya pada tanggal 14 November 2016 pukul 18:23 WIB, jarak antara Bumi dan Bulan hanya sekitar 356.509 km saja. Dan dua pekan sebelum Supermoon ini, Bulan juga akan berada di titik terjauh (apogee) dari Bumi tahun ini, yakni pada 31 Oktober 2016. Jarak Bumi-Bulan saat apogee akan mencapai 406.662 km.
Dengan begitu, perbedaan jarak antara apogee pada 31 Oktober dengan perigee pada 14 November akan lebih dari sekitar 50.000 km. Tapi sayangnya, apogee 31 Oktober tepat pada saat Bulan memasuki fase Bulan Baru (New Moon), sehingga tak tampak di langit Bumi karena membelakangi Matahari.
Supermoon pada 14 November akan bertepatan dengan fase Bulan Purnama, yang terjadi tepatnya pukul 20:52 WIB. Dengan begitu, kita akan melihat diameter sudut Bulan Purnama yang lebih besar dari Bulan Purnama yang terjadi pada 68 tahun terakhir.
Supermoon 14 November 2016 mendatang akan membuat Bulan Purnama memiliki diameter sudut sekitar 7% lebih besar dari rata-rata Bulan Purnama. Bila dibandingkan dengan Micromoon, maka akan tampak sekitar 12-14% lebih besar. Supermoon juga terlihat sekitar 30% lebih terang.
Bisa Diamati di Indonesia?
Tentunya, sangat bisa. Apa lagi fase Bulan Purnama dan titik terdekat Bulan dengan Bumi akan dicapai saat Matahari sudah terbenam di Indonesia. Secara otomatis, ketika Bulan masuk fase Purnama, ia akan terbit berbarengan dengan Matahari terbenam.
Tapi bagi yang tidak sering mengamati Bulan, mungkin akan melihat Bulan yang biasa saja di langit, atau bahkan kesulitan melihat besarnya Bulan. Bagi Anda yang memiliki teleskop, Anda akan lebih mudah menemukan perbedaan besar diameter sudut Bulan Purnama.
Tapi bagi yang tidak sering mengamati Bulan, mungkin akan melihat Bulan yang biasa saja di langit, atau bahkan kesulitan melihat besarnya Bulan. Bagi Anda yang memiliki teleskop, Anda akan lebih mudah menemukan perbedaan besar diameter sudut Bulan Purnama.
Adakah Efeknya untuk Bumi?
Selain kita akan melihat Bulan Purnama yang sedikit lebih besar dan terang, ternyata ada juga, lho, efek Supermoon untuk Bumi. Walau begitu, efek yang timbul bukanlah efek negatif.
Efek Pasang Surut
Efek Pasang Surut
Pasang naik dan pasang surut air laut disebabkan oleh gravitasi Bulan (dan Matahari) terhadap Bumi. Walaupun Bulan ukurannya jauh lebih kecil daripada Matahari, tetapi pengaruhnya lebih besar karena letak Bulan jauh lebih dekat ke Bumi ketimbang Matahari.
Gaya gravitasi menarik air laut ke arah Bulan dan Matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi Bumi dan bidang orbital Bulan dan Matahari.
Karena Bulan berada cukup dekat dengan Bumi pada saat Bulan Purnama perigee 14 November 2016, maka pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut seperti ini juga terjadi pada saat fase Bulan Baru.
Pemicu Bencana Alam?
Meskipun pada saat Supermoon posisi Matahari-Bumi-Bulan akan selaras di bidang Tata Surya, hal tersebut bukan merupakan pemicu bencana alam seperti gempa bumi atau aktivitas tektonik lainnya. Efek dari Supermoon bagi Bumi sangat kecil, bahkan tak berefek sama sekali.
Sudah banyak ilmuwan yang telah melakukan penelitian tentang hubungan antara Supermoon dengan bencana alam di Bumi, namun hingga kini belum menemukan suatu hubungan yang signifikan tersebut.
Jadi, sudah siap untuk mengamati Supermoon tahun ini? Selamat observasi! (tribunnews.com)