Para militan dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). alarabiya.net
Merdeka.com - Usai pasukan militer Irak merebut kembali Mosul, kota terbesar kedua di negara itu, Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi segera mengumumkan kemenangan atas Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Kekalahan pasukan ISIS di Mosul memang menjadi pukulan berat bagi kelompok tersebut. Bahkan Letnan Jenderal Amerika Serikat Stephen Townsend mngatakan bahwa hilangnya kekuasaan ISIS di Mosul mengancam keberlangsungan masa depan organisasi tersebut.
Kini, pejuang Kurdi dan Arab yang didukung AS tengah mengarahkan serangan kepada ISIS di Raqqa, Suriah, untuk merebut kembali kota tersebut. Presiden Donald Trump menegaskan jika itu terwujud, maka ISIS akan benar-benar hancur total.
Meski kini ISIS tidak lagi memiliki basis operasi untuk melancarkan serangan dan telah kalah di medan perang, namun ISIS tetap menang di dunia maya. Setelah ISIS kalah, banyak platform media sosial yang menginspirasi para pengikutnya untuk memulai kembali teror di negara masing-masing.
"Cerita tentang mereka (ISIS)tidak akan pernah hilang. Pesan yang mereka sampaikan selalu ada di bagian terdepan. Pada akhirnya para pengikutnya akan menyesuaikan diri dan tetap selangkah di depan," kata mantan direktur senior kontraterorisme di Dewan Keamanan Nasional, Joshua Geltzer, seperti dilansir dari laman Bloomberg, akhir bulan lalu.
ISIS telah menghasilkan berbagai konten propaganda yang tersebar di media visual. Mereka mengabadikan liputan, laporan bergambar, hingga foto yang disebar melalui media sosial seperti Twitter dan Facebook. Namun kini perusahaan teknologi memiliki tim yang bertugas sebagai polisi platform untuk menghapus semua konten teroris yang dibuat dalam 30 bahasa.
Yang jadi masalah adalah, mengejar ISIS di dunia maya sama dengan mengejar hantu. Anggota ISIS selalu mahir dalam menciptakan media sosial yang tidak terdeteksi. Bahkan badan intelijen kesulitan untuk melacaknya.
Tahun lalu operasi intelijen dari Badan Keamanan Nasional AS dan Komando Cyber berhasil menghapus sejumlah video ISIS dan media sosial mereka. Namun selang beberapa hari, semua konten itu muncul kembali.
"Bahkan saat kita mengembangkan kemampuan baru untuk menjaga agar platform kita tetap aman, kelompok teroris selalu bisa mengawasi dan melakukan tindakan penanggulangan. Kami menghadapi musuh yang cerdas, berdedikasi, dan fokus," kata Brian Fishman, kepala kebijakan kontraterorisme Facebook.
Kampanye militer yang dipimpin AS untuk melawan ISIS mungkin sudah mendekati klimaks, namun mengalahkan ideologi teroris akan membutuhkan seperangkat alat kebijakan yang lebih luas.