Bendera ISIS dipasang orang tidak dikenal di pagar depan Mapolsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (4/7/2017) pagi.
TRIBUNNEWS.COM, KUALALUMPUR - Video diduga berasal dari Islamic State di Irak dan Suriah (ISIS) membuat heboh media sosial. Sebab, video yang berisi seorang pria tengah memegang senjata, mengancam keutuhan Indonesia dan Malaysia.
Aksi ancaman pria ini dikelilingi oleh anak-anak dan remaja yang juga mengempit senjata AK-47.
Pria itu mengibaskan jari telunjuk kanannya dan berbicara dalam campuran bahasa Malaysia dan bahasa Arab.
Dia mengungkapkan rasa syukur kepada Allah karena merasa mendapat keringanan perjalanan menuju jihad.
"Ketahui hal ini...kami tidak lagi menjadi warga negara kalian, dan kami sudah membebaskan diri kami dari kalian," ujarnya dalam statement di depan kamera.
Gambar di kamera tersebut memperlihatkan seorang pria lain di dekatnya yang tengah memegang paspor Malaysia.
"Dengan izin-Nya dan bantuan-Nya, kami akan datang kepada kalian dengan pasukan militer yang tidak bisa kalian hadapi. Ini adalah janji Allah kepada kami," jelasnya.
Cuplikan video ini merupakan bagian dari video yang dirilis ISIS. Pria itu juga mengancam pemerintah dan pemimpin negara yang tidak mengikuti prinsip-prinsip Islam dan menegakkan supremasi Islam.
Tak lama setelah itu, dia melemparkan paspornya ke tengah lingkaran, dan aksi itu diikuti oleh anak-anak yang hadir.
Seorang anak maju ke depan dengan membawa korek api, lalu membaca Bismillah sebelum membakar kertas putih yang terlipat.
Anak tersebut lalu menempatkan kertas tadi ke atas tumpukan dokumen sehingga menimbulkan kobaran api, yang disambut sorakan gembira anak-anak lain.
Tayangan selanjutnya mengambil lokasi di sebuah kelas, yang menunjukkan wajah anak-anak menggunakan peci tengah mengaji di bawah pengawasan seorang pria.
Anak-anak tersebut juga belajar di luar ruangan, di mana seorang pria dengan penutup kepala merah memberikan pertanyaan kepada anak-anak tersebut.
Usai teror di sejumlah daerah Indonesia, pengamanan di setiap markas kepolisian akan ditingkatkan.
Juru Bicara Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, langkah itu diambil untuk mengantisipasi teror serupa.
"Intinya kami waspada untuk meningkatkan pengamanan markas jangan sampai kita jadi korban ya," ujar Argo.
Pintu Masuk Polda Metro Jaya kini semakin diperketat. Personel anggota Brimob mengenakan rompi anti peluru dengan senjata lengkap mengawasi tamu yang masuk ke markas polisi.
"Itu bagian daripada kekuatan kami ya. (jumlah personel) Tak mungkin saya sampaikan," kata Argo.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyebutkan pola serangan teror telah berubah.
Hal itu terlihat dari aksi teroris di Kampung Melayu menggunakan bom kemudian berubah saat beraksi di Mapolda Sumatera Utara dan Masjid Faletehan Blok M yang memakai pisau untuk menyerang polisi.
"Diubah, diubah, karena bom kan semakin sulit bahan bakunya. Walau pun ternyata ada bahan baku baru yang dari apalah yang konon dipakai di Kampung Melayu. Dan kemudian, sekarang upaya dari pihak kepolisian terus, sehingga mencari bahan itu semakin sulit," kata Hasanuddin.
Hasanuddin mengungkapkan tujuan penggunaan pisau sangkur oleh teroris. Dimana, pisau tersebut bagian dari merebut senjata aparat.
Bila berhasil merampas senjata api miliki aparat, kelompok teroris itu melakukan gerilya kota.
Caranya, bersembunyi di wilayah perkotaan lalu berbaur dengan masyarakat di daerah urban.
"Daerah-daerah yang mungkin sulit dideteksi oleh RT/RW dan aparat intelijen. Lalu, kemudian mereka keluar bawa senjata," kata Politikus PDI Perjuangan itu.
Hasanuddin mengatakan setelah anggota teroris itu mendapatkan sejumlah senjata maka membentuk regu lalu peleton.
Kelompok teroris itu juga akan membentuk titik kumpul melalui sistem komunikasi. Kelompok itu akan terbentuk setelah memiliki 20-30 orang.
"Harus diwaspadai. Model-model taktik perperangan mereka, sudah harus diwaspadai. Sehingga, kita harapkan polisi ke manapun, harus tetap siaga. Saya sepakat dengan instruksi Kapolri," kata Hasanuddin.
Diketahui, pada 24 Mei 2017 terjadi dua ledakan bom di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur yang mengakibatkan anggota polisi menjadi korban.
Penyerangan terhadap aparat kembali terjadi di Mapolda Sumatera Utara pada 25 Juni 2017.
Dua pelaku masuk ke dalam pos penjagaan lalu menikam anggota polisi. Aiptu Martua Sigalingging meninggal karena tikaman pisau.
Terakhir, insiden penusukan terhadap dua anggota Brimob di Masjid Faletehan, Blok M, Jakarta Selatan.
Dua anggota Brimob AKP Dede Suhatmi dan Briptu M Syaiful Bakhtiar menjadi korban penikaman usai Salat Isya.