Sunarto (42) bersama istri, Sukinah (42) ketika ditemui di rumah kontrakannya di RT 29/9 Kampung Rejowinangun, Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Rabu (12/7/2017).(KOMPAS.com/Teuku Muh Guci S)
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Yogyakarta memberikan beasiswa kepada Sholikha Nur Jannah (16), putri Sunarto (42), seorang penyandang difabel, yang kesulitan untuk membayar biaya pendaftaran ulang.
Beasiswa itu untuk meringankan biaya pendaftaran ulang masuk sekolah menengah kejuruan negeri di Kota Yogyakarta.
Berdasarkan rapat orangtua dengan pihak sekolah Senin (10/7/2017), siswa baru diminta membayar uang sebesar Rp 4.757.500.
"Kami akan berikan beasiswa kartu cerdas," kata Kepala Disdikpora DI Yogyakarta, Kadarmanta Baskara Aji, melalui sambungan telepon, Kamis (13/7/2017).
Aji pun meminta Sunarto untuk mengurus surat keterangan tidak mampu sebagai syarat mendapatkan beasiswa tersebut. Selain itu, ia meminta Sunarto untuk membicarakan persoalan yang dialaminya kepada kepala sekolah.
"Kalau memang tidak ada dana supaya dimintakan beasiswa ke kami," ucap Aji.
Diberitakan sebelumnya, Sholikha diterima di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Yogyakarta. Sunarto pun merasa senang anaknya lolos masuk ke sekolah negeri karena merasa biayanya bakal lebih ringan ketimbang di sekolah swasta.
Anggapan sekolah negeri lebih murah pupus setelah Sunarto diminta membayar biaya pendaftaran ulang sebesar Rp 4.757.500. Biaya tersebut diketahui dari istrinya yang mengikuti rapat bersama semua orangtua yang anaknya diterima di SMKN tersebut, Senin (10/7/2017).
Sunarto pun akhirnya rela menjual ginjalnya agar anaknya bisa membayar biaya pendaftaran ulang itu sehingga tetap bisa sekolah.
Selama tiga tahun terakhir ini, Sunarto tinggal di rumah kontrakan di RT 29/9, Kampung Rejowinangun, Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Ia mendiami rumah semi permanen itu bersama istrinya, Sukinah (42) dan kedua anak perempuannya.
Rumahnya berdinding tripleks dan bilik bambu. Atapnya hanya seng yang warnanya sudah berkarat. Rumah kontrakannya terbagi menjadi tiga ruangan. Ruangan pertama merupakan ruang tamu. Ruang tamu itu menjadi satu dengan kamar tidur Sunarto dengan Sukinah.
Di ruangan itu terlihat satu televisi 14 inci model lama yang gambarnya sudah pudar. Sedangkan ruangan kedua merupakan kamar anak pertamanya. Berlantai paving block, kamar itu menjadi satu dengan dapur yang digunakan Sukinah memasak makanan sehari-hari. Ruangan itu pun bersebelahan dengan ruangan ketiga yang merupakan kamar mandi.
Kesehariannya Sunarto menjadi tukang servis barang elektronik seperti kipas angin, tempat menanak nasi, dan lainnya.
Dengan kekurangan fisiknya, ia memperbaiki barang elektronik di rumah kontrakannya tersebut. Kaki kiri Sunarto mengalami kelumpuhan sejak usia satu tahun sehingga untuk berpindah tempat pun harus menaiki kursi roda.