Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo (kanan).
TRIBUN-TIMUR.COM - Pemungutan suara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI periode tahun 2019 hingga tahun 2024 tersisa setahun lebih lagi.
Namun, siapa figur bakal menggantikan pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Muhammad Jusuf Kalla (JK) sebagai pertahana atau bersaing lagi dengan presiden petahana kini mulai bermunculan.
Sosok Prabowo Subianto Djojohadikusumo, purnawirawan jenderal bintang tiga (letnan jenderal), mantan Danjen Kopassus sekaligus duel Jokowi dan JK pada pemilihan tahun 2014 disebut-sebut bakal kembali bertarung pada kontestasi politik terbesar di Tanah Air tersebut.
Jika Prabowo sebelumnya berpasangan dengan Hatta Rajasa, besan mantan Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono, maka kali ini berpasangan dengan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
Gambar pasangan Prabowo dan Gatot pun mulai beredar luas melalui aplikasi pesan instan dan media sosial.
Dalam gambar tersebut, pasangan Prabowo dan Gatot diusung koalisi empat partai peserta Pemilu 2014, yakni Partai Gerindra, PAN, PKS, dan Partai Demokrat, serta partai baru calon peserta Pemilu 2019, yakni Partai Perindo.
Sebelumnya, pasangan Prabowo dan Hatta diusung koalisi Partai Gerindra, PAN, Partai Demokrat, PPP, PBB, Partai Golkar, dan PKS.
Elektabilitas Jokowi masih relatif jauh di atas tokoh lain jika Pemilu Presiden digelar, saat ini.
Prabowo sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra berada pada posisi kedua.
Proporsi tersebut naik sekitar 4 persen dari Oktober 2016.
Sisi lain, Prabowo dipilih 22,1 persen responden, meningkat hingga 5 persen dibandingkan survei periode sebelumnya.
Jika digabungkan, keduanya mampu menguasai 63,7 persen, atau hampir dua pertiga dari total responden.
Proporsi itu tampak semakin membesar dari waktu ke waktu dan pada sisi lain justru meredupkan alternatif pilihan publik pada sosok lain.
Mereka yang memilih sosok-sosok lain di luar Jokowi dan Prabowo pada survei terakhir meraih 12,4 persen.
Di antaranya, yang jadi rujukan publik, sosok pemimpin level daerah seperti Basuki Tjahaja Purnama, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, gubernur DKI terpilih Anies Baswedan, dan sosok lainnya berlatar belakang politisi, militer, menteri, masih jadi pilihan.
Namun, tingkat keterpilihan mereka masing-masing jauh di bawah dua persen.
Namun, siapa figur bakal menggantikan pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Muhammad Jusuf Kalla (JK) sebagai pertahana atau bersaing lagi dengan presiden petahana kini mulai bermunculan.
Sosok Prabowo Subianto Djojohadikusumo, purnawirawan jenderal bintang tiga (letnan jenderal), mantan Danjen Kopassus sekaligus duel Jokowi dan JK pada pemilihan tahun 2014 disebut-sebut bakal kembali bertarung pada kontestasi politik terbesar di Tanah Air tersebut.
Jika Prabowo sebelumnya berpasangan dengan Hatta Rajasa, besan mantan Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono, maka kali ini berpasangan dengan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
Gambar pasangan Prabowo dan Gatot pun mulai beredar luas melalui aplikasi pesan instan dan media sosial.
Dalam gambar tersebut, pasangan Prabowo dan Gatot diusung koalisi empat partai peserta Pemilu 2014, yakni Partai Gerindra, PAN, PKS, dan Partai Demokrat, serta partai baru calon peserta Pemilu 2019, yakni Partai Perindo.
Sebelumnya, pasangan Prabowo dan Hatta diusung koalisi Partai Gerindra, PAN, Partai Demokrat, PPP, PBB, Partai Golkar, dan PKS.
Elektabilitas Jokowi masih relatif jauh di atas tokoh lain jika Pemilu Presiden digelar, saat ini.
Prabowo sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra berada pada posisi kedua.
Hal itu terlihat dari survei terakhir Harian Kompas yang dipublikasikan pada Senin (29/5/2017).
Survei April 2017 menunjukkan 41,6 persen responden menyatakan, jika pemilu dilakukan saat ini, akan memilih Jokowi.
Adapun Prabowo dipilih 22,1 persen responden.
Seperti dikutip Kompas, geliat stabilitas politik, keamanan, penegakan hukum, dan kesejahteraan dalam enam bulan terakhir jadi pertimbangan signifikan warga untuk mengidolakan pemimpin yang dianggap mampu mengatasi persoalan.
Sebagai rujukan, sosok merepresentasikan prestasi kerja dan ketegasan jadi makin diminati.
Dari beragam nama, sosok Jokowi belum tergoyahkan, dan masih jadi referensi terbesar.
Namun, saat sama, sosok Prabowo Subianto pun diminati.
Hingga kini, keduanya semakin populer di mata publik, dan kian jauh meninggalkan popularitas sosok-sosok lainnya.
Praktis, hasil survei berkala yang dilakukan Litbang Kompas sejak Januari 2015 hingga April 2017 menunjukkan masih kuatnya dominasi keterpilihan kedua sosok itu dalam benak publik.
Tampilnya kedua sosok itu tak lepas dari ketatnya pola kontestasi politik yang dihadapi keduanya saat Pemilu Presiden 2014.
Survei April 2017 menunjukkan 41,6 persen responden menyatakan, jika pemilu dilakukan saat ini, akan memilih Jokowi.
Adapun Prabowo dipilih 22,1 persen responden.
Seperti dikutip Kompas, geliat stabilitas politik, keamanan, penegakan hukum, dan kesejahteraan dalam enam bulan terakhir jadi pertimbangan signifikan warga untuk mengidolakan pemimpin yang dianggap mampu mengatasi persoalan.
Sebagai rujukan, sosok merepresentasikan prestasi kerja dan ketegasan jadi makin diminati.
Dari beragam nama, sosok Jokowi belum tergoyahkan, dan masih jadi referensi terbesar.
Namun, saat sama, sosok Prabowo Subianto pun diminati.
Hingga kini, keduanya semakin populer di mata publik, dan kian jauh meninggalkan popularitas sosok-sosok lainnya.
Praktis, hasil survei berkala yang dilakukan Litbang Kompas sejak Januari 2015 hingga April 2017 menunjukkan masih kuatnya dominasi keterpilihan kedua sosok itu dalam benak publik.
Tampilnya kedua sosok itu tak lepas dari ketatnya pola kontestasi politik yang dihadapi keduanya saat Pemilu Presiden 2014.
Selepas hasil pemilu diumumkan, yang mengukuhkan Jokowi sebagai presiden dengan dukungan suara 53,2 persen (berselisih 6,3 persen suara pemilih), arus dukungan publik terhadap sosok Jokowi ataupun Prabowo tetap berlanjut.
Dalam waktu dua tahun terakhir, peta keterpilihan keduanya semakin dinamis.
Berbagai hasil survei opini publik menunjukkan dinamika popularitas keduanya.
Survei pada Januari 2015, misalnya, keduanya mampu menguasai hingga 56 persen dari total pilihan masyarakat.
Pada saat itu, Jokowi tergolong dominan, dipilih sekitar 42,5 persen responden dan Prabowo 13,7 persen.
Sisanya merujuk nama-nama lain di luar Jokowi dan Prabowo atau kelompok responden yang belum punya sosok yang diidolakan sebagai pemimpin nasional.
Seiring berjalannya waktu, pola keterpilihan kedua sosok itu jadi makin kompetitif.
Belakangan, baik Jokowi maupun Prabowo mampu menciptakan tren peningkatan dukungan.
Sebaliknya, dominasi kedua tokoh itu berimplikasi pada semakin sedikitnya ruang keterpilihan bagi tampilnya sosok lain.
Sebagai gambaran, survei April 2017 menunjukkan 41,6 persen responden menyatakan, jika pemilu dilakukan saat ini, akan memilih Jokowi.
Dalam waktu dua tahun terakhir, peta keterpilihan keduanya semakin dinamis.
Berbagai hasil survei opini publik menunjukkan dinamika popularitas keduanya.
Survei pada Januari 2015, misalnya, keduanya mampu menguasai hingga 56 persen dari total pilihan masyarakat.
Pada saat itu, Jokowi tergolong dominan, dipilih sekitar 42,5 persen responden dan Prabowo 13,7 persen.
Sisanya merujuk nama-nama lain di luar Jokowi dan Prabowo atau kelompok responden yang belum punya sosok yang diidolakan sebagai pemimpin nasional.
Seiring berjalannya waktu, pola keterpilihan kedua sosok itu jadi makin kompetitif.
Belakangan, baik Jokowi maupun Prabowo mampu menciptakan tren peningkatan dukungan.
Sebaliknya, dominasi kedua tokoh itu berimplikasi pada semakin sedikitnya ruang keterpilihan bagi tampilnya sosok lain.
Sebagai gambaran, survei April 2017 menunjukkan 41,6 persen responden menyatakan, jika pemilu dilakukan saat ini, akan memilih Jokowi.
Proporsi tersebut naik sekitar 4 persen dari Oktober 2016.
Sisi lain, Prabowo dipilih 22,1 persen responden, meningkat hingga 5 persen dibandingkan survei periode sebelumnya.
Jika digabungkan, keduanya mampu menguasai 63,7 persen, atau hampir dua pertiga dari total responden.
Proporsi itu tampak semakin membesar dari waktu ke waktu dan pada sisi lain justru meredupkan alternatif pilihan publik pada sosok lain.
Mereka yang memilih sosok-sosok lain di luar Jokowi dan Prabowo pada survei terakhir meraih 12,4 persen.
Di antaranya, yang jadi rujukan publik, sosok pemimpin level daerah seperti Basuki Tjahaja Purnama, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, gubernur DKI terpilih Anies Baswedan, dan sosok lainnya berlatar belakang politisi, militer, menteri, masih jadi pilihan.
Namun, tingkat keterpilihan mereka masing-masing jauh di bawah dua persen.