TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu perombakan kabinet kembali memanas. Tak lain lantaran sinyal tentang hal ini dinyatakan sendiri oleh Presiden Joko Widodo pada hari Sabtu (22/4/2017).
Ada peringatan keras pada menteri yang tak bisa memenuhi target kerja bakal digeser atau dicopot. Namun benarkah kinerja jadi satu-satunya alasan perombakan kabinet?
Yang jelas, dalam pernyataanya, ia mengkritik Menteri Agraria dan Tata Ruang, terkait sertifikasi tanah.
"Sekarang ini, ada 126 juta bidang tanah, yang baru disertifikatkan baru 46 juta. Artinya masih 60 persen lebih bidang tanah yang belum disertifikatkan," terangnya.
Sebagai Presiden, pria yang akrab disapa Jokowi ini, para menterinya harus menyelesaikan targetnya.
"Kalau memang tidak selesai, pasti urusannya akan lain. Bisa diganti, ya saya blak-blakan saja, dengan menteri juga begitu. Bisa diganti, bisa digeser, bisa dicopot, bisa yang lain-lainnya," lanjut Jokowi.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti menilai meski Presiden Jokowi memberi alasan-alasan yang terlihat objektif, misalnya kinerja, pencapaian, dan sebagainya, tapi ada hubungannya dengan politik.
"Misalnya begini, bagaimana kita melihat posisi PAN dalam kabinet. Tidak bekerja untuk memenangkan Jokowi, masuk kabinet di tahun 2016, ketika terjadi guncangan politik begitu dasyat pada Pak Jokowi, PAN tidak bersama dengan Jokowi," terangnya.
"Pertanyaan sangat simple, apakah Anda mau berteman dengan orang yang justru merongrong kekuasaanmu," tandas Ray.(*)
Ada peringatan keras pada menteri yang tak bisa memenuhi target kerja bakal digeser atau dicopot. Namun benarkah kinerja jadi satu-satunya alasan perombakan kabinet?
Yang jelas, dalam pernyataanya, ia mengkritik Menteri Agraria dan Tata Ruang, terkait sertifikasi tanah.
"Sekarang ini, ada 126 juta bidang tanah, yang baru disertifikatkan baru 46 juta. Artinya masih 60 persen lebih bidang tanah yang belum disertifikatkan," terangnya.
Sebagai Presiden, pria yang akrab disapa Jokowi ini, para menterinya harus menyelesaikan targetnya.
"Kalau memang tidak selesai, pasti urusannya akan lain. Bisa diganti, ya saya blak-blakan saja, dengan menteri juga begitu. Bisa diganti, bisa digeser, bisa dicopot, bisa yang lain-lainnya," lanjut Jokowi.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti menilai meski Presiden Jokowi memberi alasan-alasan yang terlihat objektif, misalnya kinerja, pencapaian, dan sebagainya, tapi ada hubungannya dengan politik.
"Misalnya begini, bagaimana kita melihat posisi PAN dalam kabinet. Tidak bekerja untuk memenangkan Jokowi, masuk kabinet di tahun 2016, ketika terjadi guncangan politik begitu dasyat pada Pak Jokowi, PAN tidak bersama dengan Jokowi," terangnya.
"Pertanyaan sangat simple, apakah Anda mau berteman dengan orang yang justru merongrong kekuasaanmu," tandas Ray.(*)