Tahukah kamu jika terpilihnya Soeharto sebagai Presiden kedua Indonesia ini ternyata ada beberapa negara yang tidak mengakuinya.
Padahal Soeharto ini dikenal sebagai satu-satunya Presiden di Indonesia yang memiliki masa jabatan terlama yaitu sekitar 32 Tahun dan sampai saat ini namanya di kenal dengan sebutan “Bapak Pembangunan”. Soeharto dilantik sebagai penjabat presiden pada 12 Maret 1967.
Pernyataan jika ada sejumlah negara yang pernah tidak mengakui Soeharto sebagai presiden Indonesia ini terungkap dari sebuah surat kepercayaan duta besar Indonesia untuk Tanzania.
Dalam laporannya jika mereka tidak menerima surat tersebut lantaran surat yang sebenarnya ditanda tangani oleh Soekarno tetapi malah ditandatangani oleh Soeharto.
Awal mula problematika ini bisa terjadi saat Presiden Soekarno mengangkat Moehammad Jasin sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Mesir. Namun, pimpinan Angkatan Darat memohon agar posisi tersebut diberikan kepada Letnan Jenderal Mokoginta.
Dalam hal itu, pihak kepolisian mengaku tidak keberatan dan sebagai gantinya, Jasin yang saat itu menjabat ketua umum DHN Angkatan ’45, ditempatkan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh di Tanzania.
Pada saat itu, kepolisian pun segera menggelar upacara militer pelepasan Jasin. Uniknya, upacara ini dipimpin oleh Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian, Soetjipto Joedodihardjo, bekas anak buah Jasin. Soetjipto berbintang empat memimpin penghormatan untuk perwira berbintang dua.
Sebelum resmi menjabat sebagai duta besar, Jasin harus menyerahkan surat kepercayaan (credential letter) kepada Presiden Tanzania, Julius Nyerere.
Dan diketahui jika surat tersebut ditandatangani oleh Soekarno. Namun, tiga hari sebelum upacara penyerahan surat kepercayaan, menteri luar negeri Indonesia menginstruksikan agar surat kepercayaan yang akan diserahkan diganti dengan yang ditandatangani oleh Soeharto karena Soekarno telah dijatuhkan dari masa jabatannya.
Protokol kepresidenan Tanzania memeriksa surat kepercayaan yang ditandatangani oleh Soeharto. Namun, pihak Tanzania seolah tidak terima dan mereka terus mengingatkan jika adanya salah tulis nama presiden Indonesia, yang seharusnya Sukarno, bukan Soeharto.
“Meskipun telah saya jelaskan adanya pergantian presiden dari Sukarno ke Soeharto, protokol Tanzania tetap tidak dapat menerima alasan tersebut dan bersikeras bahwa Presiden RI adalah Sukarno,” kata Jasin dalam Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang.
Dengan kondisi seperti itu, pihaknya menetapkan jika Jasin baru dapat bertindak sebagai duta besar setelah menteri luar negeri Indonesia memberikan penjelasan kepada pemerintah Tanzania. Dan pemerintah Tanzania pun menerima surat kepercayaan yang ditandatangani oleh Soeharto. Jasin menjadi duta besar di Tanzania antara tahun 1967-1970.
Sejak konflik itulah , beberapa negara baru tahu jika Soekarno telah dijatuhkan dari masa jabatannya. Soekarno dianggap sebagai pemimpin yang mengerakkan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk meraih kemerdekaannya, maka dari itu mereka tidak bisa langsung cepat menerima surat kepercayaan duta besar Indonesia untuk Tanzania itu. (sumber)