Jakarta – Ketua BNP2TKI, Nusron Wahid kembali berkomentar soal Surat Al-Maidah ayat 51. Ia mengatakan bahwa dalam ayat tersebut tidak ada yang memaknai mutlak dengan kata pemimpin.
“Tdk ada yg memaknai mutlak dg pemimpin. Antara satu kyai dg kyai lainya waktu ngaji juga beda2. Namanya juga tafsir. Sifatnya dzonny,” tulis Nusron dalam akun twitter pribadinya @NusronWahid1 pada Ahad (23/10).
“Yg qoth’i (pasti) itu wahyunya. Bukan tafsir, apalagi terjemahannya. Makanya belajar Al-Qur’an harus paham ilmu alat,” sambungnya.
Nusron lagi-lagi menyebutkan bahwa yang paling mengetahui makna dan kandungan Al-Qur’an hanyalah Allah Ta’ala.
“Allah lah yg paling tahu makna dan kandungan yang paling benar dari suatu ayat al-Qur’an. Adapun tafsir itu hanya kira2. Bukan mutlak,” tuturnya.
Menanggapi perkataan Nusron, akun @01idham menghimbau kepada Nusron agar tidak berpendapat apabila ilmunya masih kurang.
“Pak, ‘kira2’ itu rancu lho Pak. Berarti agama ini jg rancu. Baiknya tidak perlu membuat pendapat bila ilmu kurang Pak,” tulisnya.
Akun twitter @Ashoka7892 juga menanggapi pernyataan Nusron. Atas pendapatnya tersebut, ia meminta Nusron untuk meminta ampun kepada Allah. “Istighfar nus, jgn sampai hanya krn takut kehilangan hal2 keduniawian, ikutan berdiri di barisan penjajah,” ujarnya.
Belum cukup, Nusron menghimbau agar orang-orang tidak perlu bingung dan meributkan kalau ada yang memaknai beda ayat tersebut. “Agama itu keyakinan, ikut ulama sepuh atau MUI. Monggo kerso (pilih sesukanya),” ucapnya.
“Pendapat ulama itu tidak tunggal. Pendapat MUI belum tentu sama dg ulama sepuh, termasuk dlm surat Al-Ma’idah. MUI beda dg guru2 saya,” tandasnya.
Menanggapi hal tersebut, salah satu follower Nusron, @aim_revolt menanyakan guru-guru yang dimaksud Nusron. “Gurumu seng endi Sron? Cobo sebutne? (Gurumu yang mana, Sron. Coba sebutkan?),” tulisnya.
(kiblat.net)